Senin, 21 Maret 2011

tugas minggu ini

temen2 sebelumnya saya minta maaf soalnya minggu kemaren saya benar2 ketiduran gini aja aku jelasin progresnya masing2 ya...

jadinya kan yang mesti kalian bawa minggu ini adalah
1. diktat
a. biogas (bayu)
b. kompos & npk (sugeng) + (wisnu)
c. konsentrat (endah)
d. tanaman cabe (endah)
e. tanaman bunga matahari + rosella (wisnu)
f. jamur (nisa)
2.yang ada tugas diatas wajib mengerti dan membuat tulisannya sebaik mungkin jangan lupa gambar misal tanaman cabe hamanya daunnya kriting itu dikarenakan apa trus obatnya apa kalau bisa dikasih gambar!! semuanya sanggup kan??? pokonya dibikin sebaik dan semenarik mungkin ga usah tebel gapapa yang penting mantap kalau perlu beli buku ntar duitnya pasti diganti kalau bisa pakai nota kalau enggak gapapa!! siip??
kalau bisa rapat tatap muka selanjutnya kamis malem udah beres yaaa???
3. trus kalau bisa nanti pas kalian ke sana lagi bawa kamera kalau bisa handycam..... trus apalagi yaaa???
pokonya saya mohon kerja sebaik mungkin yaaa anggep aja amal jariyaahh... siip lahhh pokonya kita satu pemikran intinya minimal dengan sedikit usaha kita ini bisa membantu sesama....
trus yang terpenting kapan lagi bisa dapet pengalaman seluarbiasa ini....
pokonya tetep semangat!!! salam pimnas....

Kamis, 17 Maret 2011

Desa yang permai

ini adalah sedikit gambaran desa sonokulon yang permai (edited)

Selasa, 01 Maret 2011

Perkenalan desa wisata sonokulon

Dukuh Soronini, Desa Sonokulon, Kec. Todanan, Kab. Blora, Jawa Tengah. Letaknya cukup terpencil, desa ini berada 45 km di arah barat kota Blora. Berada pada wilayah Pegunungan Kapur Utara, sehingga desa ini termasuk daerah yang cukup tinggi. Memiliki ketinggian sekitar 500m dpl dengan tingkat penyinaran matahari yang cukup banyak, menjadikan daerah ini kaya akan tanaman. Didukung dengan adanya sumber mata air yang cukup melimpah sehingga desa ini memiliki potensi yang bagus untuk bisa dikembangkan menjadi desa yang mandiri.Banyak penduduk di desa ini yang hanya menempuh pendidikan sampai lulusan SD, dan bahkan banyak juga yang tidak lulus SD. Pemuda-pemuda yang seharusnya mempunyai tanggung jawab membangun desa ini, lebih memilih kota-kota besar untuk sekedar mencari kerja. Dan bagi para perempuan-perempuan desa, setelah lulus sekolah biasanya langsung dinikahkan. Jadi kurang ada kesempatan para pemuda/i untuk bisa menempuh pendidikan yang tinggi supaya bisa mengembangkan desa ini untuk menjadi lebih baik lagi. 

Melihat sedikit kekayaan sumber daya alam yang ada maka sebagian besar masyarakat didesa ini adalah memilih berprofesi sebagai petani, bahkan dari jumlah seluruh penduduknya, 90 persennya adalah para petani. Mungkin juga karena tidak ada pilihan profesi lain selain petani. Petani di daerah tersebut hanya mengandalkan hasil olahan dari sawah mereka serta dari hasil ternak yang ada. Letak geografis desa yang cukup terpencil mungkin salah juga satu faktornya. Masyarakat sangat kesulitan dalam mendapatkan informasi terbaru dalam hal pertanian, karena tidak ada akses kesana. Informasi selalu disandarkan pada pengalaman waktu yang lalu. Masyarakat serasa sulit sekali untuk bertindak diluar kebiasaan yang telah mereka lakukan sebelumnya, tidak mau untuk mencoba hal yang baru. Merasa cemas dan khawatir gimana kalau hasilnya nanti buruk dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga terciptalah masyarakat yang kolot. Hal inilah yang mungkin menjadi sebab mengapa masyarakat tetap menjadi itu-itu saja, tidak bisa mandiri, dan hanya mengandalkan dari hasil olahan alam. Pendapatan masyarakat pun tidak menentu, kadang jika keadaan alam sedang bagus hasil olahan melimpah pendapatan meningkat, namun jika alam tidak sedang bersahabat, mungkin gigit jari pun sering dialami warga. 


Akhir-akhir ini juga masyarakat diberatkan dengan adanya program pemerintah mengenai konversi dari minyak tanah ke gas. Bagi masyarakat hal ini mulanya dianggap program yang bagus, karena ada sosialisasi dulu dan pemberian tabung gas 3kg dan kompor gas gratis. Namun karena beberapa kejadian tabung gas meledak, para masyarakat menjadi khawatir gimana nanti kalau kejadian yang sama menimpa mereka. Banyak yang kemudian beralih kembali pada keadaan semula yaitu memakai minyak tanah atau kayu bakar untuk memasak. Namun banyak juga yang masih tetap bertahan menggunakan tabung gas 3kg.Para petani di desa Sonokulon rata-rata mempunyai hewan ternak yaitu sapi. Pada satu rumah minimal ada 2 sampai 3 sapi. Selain sebagai tabungan jika nanti sudah besar bisa dijual dengan harga tinggi, ternak juga bisa dimanfaatkan untuk dijual jika nanti ada keadaan yang cukup mendesak dan harus secepatnya mendapatkan uang. Maka menjual ternak ini adalah salah satu solusi yang paling sering dipilih warga. Saat musim penghujan, para ternak khususnya sapi inilah yang cukup membantu pekerjaan petani di sawah (red:membajak sawah). Para ternak di sini juga menjadi simbol ke-prestisius-an warga, semakin banyak mempunyai hewan ternak maka semakin tinggi juga derajatnya di mata warga-warga yang lain. Sehingga para warga saling berlomba untuk mencapai derajat yang lebih tinggi. Kotoran ternak ini dianggap sebagai sesuatu hal yang kurang bermanfaat, paling biasanya dipakai buat pupuk saat musim tanam tiba. Selain musim tanam tiba, kotoran dibiarkan saja menggunung sampai tinggi di belakang kandang tanpa adanya upaya pemanfaatan sedikitpun. Kurang adanya informasi mungkin adalah salah satu faktornya. 


Harapannya dengan adanya sosialisasi ke warga bisa sedikit membantu memecahkan permasalahan, baik itu permasalahan mengenai rata-rata pendapatan yang cukup rendah, ataupun pemanfaatan potensi yang lain yaitu perbaikan nilai guna kotoran ternak sebagai penghasil biogas. Wujudnya masyarakat yang mandiri finansial ataupun informasi pun bisa segera terealisasi.